Rabu, 23 Mei 2012

Ayah tercinta

Selasa, 22 Mei 2012


Denpasar malam pukul 20.35 Wita. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku sosok seorang pria. Berkulit agak gelap, berbadan kurus, berkacamata plus, dengan beberapa garis kerut di dahinya. Ku sangat merindukan sosok pria itu beberapa bulan ini. Rindu dengan cemberutnya yang memarahiku saat berbuat salah. Rindu akan kebijakannya dalam menanggapi segala keluh kesahku. Rindu dengan segala teori-teori kehidupan yang diajarkannya, walaupun dirinya sendiri tak dapat mempraktekkan beberapa teori itu dalam hidupnya. Rindu dengan sentuhan-sentuhan tangannya di kepalaku. RIndu segala hal tentang dirinya. Seribu penyesalan yang kutangisi saat kepergiannya dari dunia ini. Betapa banyak hal yang belum sempat kulakukan untuknya. Sejuta kata sayang dan cinta yang tidak pernah kukatakan langsung padanya. Padahal selama hidupku, entah sudah ribuan kali curahan cinta yang sudah kuterima darinya.
Ajik, begitulah aku memanggilnya sehari-hari. Sosok ayah yang paling sempurna bagi seorang anak yang tidak sempurna seperti diriku. Beliau telah pergi meninggalkan seorang istri, 2 anak, dan 3 cucu laki-laki yang sangat lucu, yang masih sangat membutuhkan perlindungan dan kasih sayangnya. Dia pergi akibat kanker hati yang menyerang tubuhnya. Namun entah kenapa dia tidak pernah bisa pergi dari ingatanku. Dan memang aku tak ingin melupakannya. Karena kurasa, saat ku mulai melupakannya saat itulah dia benar-benar meninggalkanku. Tapi kuyakin, beliau di atas sana tidak akan pernah melupakan kami. Selalu memberi jalan saat kami tersesat. Selalu menjaga kami. Dan selalu tersenyum melihat kami.
Ajik, maafkan aku yang selalu menyakiti hatimu. Maafkan aku yang sering mengabaikanmu. Maafkan aku yang tidak bisa mendampingimu saat berjuang melawan penyakit. Dan terima kasih untuk kasih sayang, cinta, hadiah, petuah, nasihat kehidupan, dan SEMUANYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar